Keputusan dapat dijelaskan sebagai hasil pemecahan masalah, selain itu juga harus didasari atas logika dan pertimbangan, penetapan alternatif terbaik, serta harus mendekati tujuan yang telah ditetapkan. Seorang pengambil keputusan haruslah memperhatikan hal-hal seperti : logika, realita, rasional, dan pragmatis. Secara umum pengertian teori pengambilan keputusan adalah teknik pendekatan yang digaunkan dalam proses pengambilan keputsuan atau proses memilih tindakan sebagai cara pemecahan masalah. Nah… berikut akan saya ceritakan sedikit pengalaman saya dalam pengambilan keputusan. Silahkan dibaca.
Jadi ini lah yang sudah saya lewati, saya akan membagi cerita ini kepada setiap pembaca yang membacanya. Pengambilan keputusan terberat dalam hidup saya mungkin tidak seberat seperti yang terdengar, tapi iya, ini adalah keputusan terberat dalam hidup saya. pada waktu itu, saya dan keluarga saya dilanda oleh sebuah krisis moneter atau sebut saja krisis ekonomi, dan itu membuat kami semua bingung untuk mengatasinya. Disini saya tidak akan menceritakan sebab mengapa krisis ekonomi itu terjadi pada keluar saya, karena bukan itu materi yang akan saya ceritakan dari awal. Baiklah mari kembali ke topik cerita. Akibat dari krisis ini, perkuliahan saya pun terancam berhenti. Mengetahui hal itu, saya langsung berpikiran untuk mencari sebuah pekerjaan yang dapat membantu mengembalikan ekonomi keluarga saya. Dan kemudian saya segera mencari lowongan pekerjaan di internet, dan hanya dengan menggunakan ijazah SMK.
Pada awalnya saya berfikir ini akan menjadi hal yang cukup sulit untuk melamar pekerjaan hanya dengan menggunakan ijazah SMK, apalagi target saya adalah mengembalikan ekonomi keluarga, tentu ini akan menambah tingkat kesulitan dalam melamar pekerjaan dikarenakan saya harus memilah pekerjaan dengan upah yang tidak sedikit, Dan ternyata iya memang susah mencarinya. Singkat cerita, saya menunggu dan menunggu untuk sebuah instansi menelpon saya dan menerima surat lamaran pekerjaan saya, kemudian setelah menunggu selama sekitar 2 mingguan, saya belum kunjung mendapat panggilan apapun dari instansi yang saya kirim lamaran pekerjaan saya. Dan kurang lebih satu minggu setelahnya, saya menerima panggilan dari nomor yang saya tidak kenal, saya kira tadinya ini adalah teman saya yang sedang iseng jadinya saya reject, namun tidak lama kemudian nomor yang sama menelpon kembali dan tanpa curiga saya angkat, ternyata telepon ini adalah telpon dari satu instansi yang menerima lamaran pekerjaan saya.
Singkat cerita, saya dikabari untuk datang ke suatu apartemen yang berlokasi di daerah Kalibata sana untuk menghadiri sesi wawancara, saya juga diberitahukan kapan waktu wawancara akan dimulai. Singkat cerita lagi (banyak banget di singkat gan -.-), ketika hari wawancara itu tiba, saya langsung mempersiapkan segalanya untuk menghadapi sesi wawancara ini. Mulai dari mental, ilmu pengetahuan, hingga penampilan. Bahkan sepatu yang saya gunakan juga sudah saya siapkan dengan benar, karena katanya sukses berawal dari bawah. Setelah semuanya siap, saya pamitan kepada kedua orang tua saya dan kepada nenek saya, memohon doa restunya agar dilancarkan pelamaran pekerjaan ini. Setelah itu saya langsung berangkat, pada awalnya saya belum tahu lokasi persisnya apartemen itu, jadi saya hanya bermodalkan Gmaps yang terinstall di hp saya untuk mencari apartemen yang dimaksud. Setelah sekitar 2 jam pencarian, akhirnya saya sampai di tempat lokasi.
Dengan semangatnya saya langsung menuju ke gedung apartemen yang sudah ditentukan oleh pihak instansi, tidak lupa saya merapihkan lagi penampilan saya agar dinilai baik oleh si pewawancara. Akhirnya saya sampai di lantai dan ruangan tempat wawancara, pada awalnya saya mengira tempatnya besar, luas dan elit, ternyata hanya tempat biasa saja, satu ruangan kamar apartemen yang dijadikan semacam base camp untuk menjalankan pekerjaan, namun saya diberitahukan bahwa disini ini bukanlah headquarter mereka, ini hanyalah cabang yang paling kecil. Wawancaranya pun tidak terlalu formal, saya dapat melewatinya dengan mudah, saya pun tidak menyangka. Kemudian setelah selesai wawancara saya disuruh untuk menunggu kabar selanjutnya dari mereka, dan kemudian saya pulang dengan hati yang biasa saja. Saya tidak jadi terkagum-kagum oleh instansi yang mempekerjakan saya. tapi saya juga tidak meremehkan mereka, karena ternyata mereka membuat proyek-proyek besar yang membuat pengaruh besar terhadap perusahaan-perusahaan bisnis lainnya, khususnya untuk bank.
Saya juga masih berharap agar dapat diterima oleh instansi ini, karena hanya instansi ini yang menerima lamaran pekerjaan saya dan ingin merekrut saya. kemudian 2-3 minggu dari hari wawancara, saya menerima telefon kembali, dan berasal dari instansi tersebut. Tanpa basa basi, instansi ini langsung memberitahu saya bahwa saya diterima instansinya, senang bukan kepalang saya mendengar kabar yang sangat baik ini, namun kemudian dijelaskan pekerjaan macam apa yang akan saya lewati nanti jika saya menerimanya, saya diharuskan datang ke kantor dari pagi hingga malam dan bekerja sebagai programmer. Mendengar hal itu saya langsung mengurungkan niat saya untuk bekerja di tempat itu, walaupun saya sudah dijamin akan pasti jadi orang sukses nantinya jika menerima pekerjaan ini dikarenakan mereka sedang menjalani proyek yang sangat besar. Namun menolaknya dengan cara yang sangat halus, saya beralasan kepada mereka untuk merundingkan hal ini bersama orang tua saya dahulu, bagaimana pendapat mereka tentang pekerjaan ini.
Saya sangka mereka akan langsung membatalkan perekrutan saya, ternyata tidak, mereka malah akan menunggu sampai saya membuat kepastian. Kemudian 4 hari berikutnya, pimpinan dari instansi tersebut (pimpinan yang memimpin di apartemen tersebut, buka CEO) menelpon saya dan menanyakan kepastiannya, saya sadar bahwa saya tidak bisa bekerja dari pagi, dikarenakan ada kuliah yang harus saya jalani, saya-pun menjelaskan hal itu kepada mereka, mereka malah memberi saya keringanan lagi, yaitu saya hanya diharuskan bekerja mulai dari pulang kuliah hingga berangkat kuliah, saya pun disediakan kamar di apartemen itu untuk menginap selama saya bekerja, jadi saya pulang kuliah tidak kerumah melainkan ke apartemen, dan…jabatan saya pun bukan lagi programmer namun ditawarkan sebagai System Analyst Assistant yang pasti memiliki bayaran yang cukup tinggi dikelasnya.
Fasilitas dan jabatan yang sangat nyaman itu akhirnya menggoyahkan niat saya untuk membatalkan bekerja ditempat itu. Apalagi saya masih diberi waktu untuk memutuskan keputusan yang saya ambil, akhirnya saya putuskan untuk merundingkannya dengan orang tua dulu, orang tua saya memberi saran yang mutlak untuk fokus dikuliah dulu, setelah itu baru bekerja, orang tua saya berfikir jika saya sambil bekerja, maka perkuliahan saya akan tidak terurus. Saya juga mencoba menyakinkan mereka bahwa saya dapat menangani keduanya secara seimbang, namun yang namanya orang tua itu kadang kolot, jadi mereka tetap dengan pendapat mereka. Orang tua saya juga bilang untuk tidak memikirkan biaya kuliah saya dikarenakan itu adalah tanggung jawab mereka sebagai orang tua. Namun tetap saja saya posisinya sebagai anak tidak tega mendengar hal itu. Akhirnya selama 2 hari pikiran dan perasaan saya benar-benar pada puncak kegamangan, mencoba memutuskan pilihan mana yang harus saya ambil, apakah saya harus bekerja ditempat itu atau kuliah saja menuruti perkataan orang tua saya.
Seketika kepala dari instansi tersebut menelpon saya lagi, dan menanyakan keputusan apa yang akan saya tentuka, konstan saja saya langsung bilang untuk menolak pekerjaan itu, padahal sebelumnya saya belum bisa memutuskan apa-apa untuk itu, mungkin secara tidak sadar saya lebih memilih untuk menuruti apa yang orang tua saya sarankan ketimbang dari apa apa yang saya butuhkan.
Sekian cerita singkat dari saya. Terima kasih sudah meluangkan waktunya untk membaca :3
Jadi ini lah yang sudah saya lewati, saya akan membagi cerita ini kepada setiap pembaca yang membacanya. Pengambilan keputusan terberat dalam hidup saya mungkin tidak seberat seperti yang terdengar, tapi iya, ini adalah keputusan terberat dalam hidup saya. pada waktu itu, saya dan keluarga saya dilanda oleh sebuah krisis moneter atau sebut saja krisis ekonomi, dan itu membuat kami semua bingung untuk mengatasinya. Disini saya tidak akan menceritakan sebab mengapa krisis ekonomi itu terjadi pada keluar saya, karena bukan itu materi yang akan saya ceritakan dari awal. Baiklah mari kembali ke topik cerita. Akibat dari krisis ini, perkuliahan saya pun terancam berhenti. Mengetahui hal itu, saya langsung berpikiran untuk mencari sebuah pekerjaan yang dapat membantu mengembalikan ekonomi keluarga saya. Dan kemudian saya segera mencari lowongan pekerjaan di internet, dan hanya dengan menggunakan ijazah SMK.
Pada awalnya saya berfikir ini akan menjadi hal yang cukup sulit untuk melamar pekerjaan hanya dengan menggunakan ijazah SMK, apalagi target saya adalah mengembalikan ekonomi keluarga, tentu ini akan menambah tingkat kesulitan dalam melamar pekerjaan dikarenakan saya harus memilah pekerjaan dengan upah yang tidak sedikit, Dan ternyata iya memang susah mencarinya. Singkat cerita, saya menunggu dan menunggu untuk sebuah instansi menelpon saya dan menerima surat lamaran pekerjaan saya, kemudian setelah menunggu selama sekitar 2 mingguan, saya belum kunjung mendapat panggilan apapun dari instansi yang saya kirim lamaran pekerjaan saya. Dan kurang lebih satu minggu setelahnya, saya menerima panggilan dari nomor yang saya tidak kenal, saya kira tadinya ini adalah teman saya yang sedang iseng jadinya saya reject, namun tidak lama kemudian nomor yang sama menelpon kembali dan tanpa curiga saya angkat, ternyata telepon ini adalah telpon dari satu instansi yang menerima lamaran pekerjaan saya.
Singkat cerita, saya dikabari untuk datang ke suatu apartemen yang berlokasi di daerah Kalibata sana untuk menghadiri sesi wawancara, saya juga diberitahukan kapan waktu wawancara akan dimulai. Singkat cerita lagi (banyak banget di singkat gan -.-), ketika hari wawancara itu tiba, saya langsung mempersiapkan segalanya untuk menghadapi sesi wawancara ini. Mulai dari mental, ilmu pengetahuan, hingga penampilan. Bahkan sepatu yang saya gunakan juga sudah saya siapkan dengan benar, karena katanya sukses berawal dari bawah. Setelah semuanya siap, saya pamitan kepada kedua orang tua saya dan kepada nenek saya, memohon doa restunya agar dilancarkan pelamaran pekerjaan ini. Setelah itu saya langsung berangkat, pada awalnya saya belum tahu lokasi persisnya apartemen itu, jadi saya hanya bermodalkan Gmaps yang terinstall di hp saya untuk mencari apartemen yang dimaksud. Setelah sekitar 2 jam pencarian, akhirnya saya sampai di tempat lokasi.
Dengan semangatnya saya langsung menuju ke gedung apartemen yang sudah ditentukan oleh pihak instansi, tidak lupa saya merapihkan lagi penampilan saya agar dinilai baik oleh si pewawancara. Akhirnya saya sampai di lantai dan ruangan tempat wawancara, pada awalnya saya mengira tempatnya besar, luas dan elit, ternyata hanya tempat biasa saja, satu ruangan kamar apartemen yang dijadikan semacam base camp untuk menjalankan pekerjaan, namun saya diberitahukan bahwa disini ini bukanlah headquarter mereka, ini hanyalah cabang yang paling kecil. Wawancaranya pun tidak terlalu formal, saya dapat melewatinya dengan mudah, saya pun tidak menyangka. Kemudian setelah selesai wawancara saya disuruh untuk menunggu kabar selanjutnya dari mereka, dan kemudian saya pulang dengan hati yang biasa saja. Saya tidak jadi terkagum-kagum oleh instansi yang mempekerjakan saya. tapi saya juga tidak meremehkan mereka, karena ternyata mereka membuat proyek-proyek besar yang membuat pengaruh besar terhadap perusahaan-perusahaan bisnis lainnya, khususnya untuk bank.
Saya juga masih berharap agar dapat diterima oleh instansi ini, karena hanya instansi ini yang menerima lamaran pekerjaan saya dan ingin merekrut saya. kemudian 2-3 minggu dari hari wawancara, saya menerima telefon kembali, dan berasal dari instansi tersebut. Tanpa basa basi, instansi ini langsung memberitahu saya bahwa saya diterima instansinya, senang bukan kepalang saya mendengar kabar yang sangat baik ini, namun kemudian dijelaskan pekerjaan macam apa yang akan saya lewati nanti jika saya menerimanya, saya diharuskan datang ke kantor dari pagi hingga malam dan bekerja sebagai programmer. Mendengar hal itu saya langsung mengurungkan niat saya untuk bekerja di tempat itu, walaupun saya sudah dijamin akan pasti jadi orang sukses nantinya jika menerima pekerjaan ini dikarenakan mereka sedang menjalani proyek yang sangat besar. Namun menolaknya dengan cara yang sangat halus, saya beralasan kepada mereka untuk merundingkan hal ini bersama orang tua saya dahulu, bagaimana pendapat mereka tentang pekerjaan ini.
Saya sangka mereka akan langsung membatalkan perekrutan saya, ternyata tidak, mereka malah akan menunggu sampai saya membuat kepastian. Kemudian 4 hari berikutnya, pimpinan dari instansi tersebut (pimpinan yang memimpin di apartemen tersebut, buka CEO) menelpon saya dan menanyakan kepastiannya, saya sadar bahwa saya tidak bisa bekerja dari pagi, dikarenakan ada kuliah yang harus saya jalani, saya-pun menjelaskan hal itu kepada mereka, mereka malah memberi saya keringanan lagi, yaitu saya hanya diharuskan bekerja mulai dari pulang kuliah hingga berangkat kuliah, saya pun disediakan kamar di apartemen itu untuk menginap selama saya bekerja, jadi saya pulang kuliah tidak kerumah melainkan ke apartemen, dan…jabatan saya pun bukan lagi programmer namun ditawarkan sebagai System Analyst Assistant yang pasti memiliki bayaran yang cukup tinggi dikelasnya.
Fasilitas dan jabatan yang sangat nyaman itu akhirnya menggoyahkan niat saya untuk membatalkan bekerja ditempat itu. Apalagi saya masih diberi waktu untuk memutuskan keputusan yang saya ambil, akhirnya saya putuskan untuk merundingkannya dengan orang tua dulu, orang tua saya memberi saran yang mutlak untuk fokus dikuliah dulu, setelah itu baru bekerja, orang tua saya berfikir jika saya sambil bekerja, maka perkuliahan saya akan tidak terurus. Saya juga mencoba menyakinkan mereka bahwa saya dapat menangani keduanya secara seimbang, namun yang namanya orang tua itu kadang kolot, jadi mereka tetap dengan pendapat mereka. Orang tua saya juga bilang untuk tidak memikirkan biaya kuliah saya dikarenakan itu adalah tanggung jawab mereka sebagai orang tua. Namun tetap saja saya posisinya sebagai anak tidak tega mendengar hal itu. Akhirnya selama 2 hari pikiran dan perasaan saya benar-benar pada puncak kegamangan, mencoba memutuskan pilihan mana yang harus saya ambil, apakah saya harus bekerja ditempat itu atau kuliah saja menuruti perkataan orang tua saya.
Seketika kepala dari instansi tersebut menelpon saya lagi, dan menanyakan keputusan apa yang akan saya tentuka, konstan saja saya langsung bilang untuk menolak pekerjaan itu, padahal sebelumnya saya belum bisa memutuskan apa-apa untuk itu, mungkin secara tidak sadar saya lebih memilih untuk menuruti apa yang orang tua saya sarankan ketimbang dari apa apa yang saya butuhkan.
Sekian cerita singkat dari saya. Terima kasih sudah meluangkan waktunya untk membaca :3